Prabowo Subianto [via nosararasulteng.com]

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto akhirnya meminta maaf. Kali ini terkait istilah "tampang Boyolali" yang ia lontarkan 30 Oktober silam.

Permintaan maaf itu disampaikannya lewat sebuah video yang diunggah Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, melalui akun Twitter-nya, Selasa, 6 November 2018.

"Ya maksud saya tidak negatif. Tapi kalau ada yang merasa tersinggung, ya saya minta maaf," ujar Prabowo, dalam video tersebut. Dia juga mengaku bersedia berdialog dengan pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan ucapannya itu. "Kalau suatu saat diminta dialog langsung, tidak ada masalah. Ya kita baik-baik saja," kata Prabowo.

Dengan mengenakan setelan kemeja cokelat, Prabowo mengatakan bahwa dirinya tidak ada niat sama sekali untuk menghina warga Boyolali. Saat itu, ia berpidato di depan ratusan kader dari partai-partai koalisi pada peresmian posko pemenangan Prabowo-Sandi di Kabupaten Boyolali.

“Saya tidak ada niat sama sekali. Itu kan ya cara saya kalau bicara itu familiar. Istilahnya mungkin bahasa-bahasa sebagai seorang teman. Jadi audiens waktu itu juga nggak terlalu besar, ya mungkin paling hanya 400-500 orang kader dari partai-partai koalisi kita (pada) peresmian kantor pemenangan. Ya saya seloroh dan itu sambutan saya kan kira-kira satu jam, mungkin 40 menit lebih, itu (candaan ‘Tampang Boyolali) paling hanya dua menit itu,” jelasnya.

Ia menjelaskan, maksud dari ucapan tersebut adalah bentuk empati dan solidaritas atas kondisi rakyat Indonesia. Menurutnya, ketidakadilan, ketimpangan dan kesenjangan sosial di Indonesia makin melebar.

“Dan maksudnya bukan menghina, tapi justru empati. Jadi kalau saya bicara tampang, di Boyolali tampang Boyolali, kalau di Brebes tampang Brebes. Itu kan selorohnya dalam arti empati saya, solidaritas saya dengan orang. Saya tahu kondisi kalian, kan gitu,” ujar Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.

“Saya justru yang saya permasalahkan adalah ketidakadilan, kesenjangan, ketimpangan yang semua orang tahu di Indonesia ini makin lebar, makin tidak adil. Yang menikmati kekayaan Indonesia kan hanya segelintir orang saja. Jadi maksud saya itu,” sambungnya.

Dalam video itu, Prabowo sempat berkelakar dapat disebut juga sebagai ‘Tampang Bojong Koneng’, kediaman Prabowo saat ini.  “Ya kalau saya tampang Bojongkoneng terima kasih lah,” kata Prabowo.

Saat pertemuan dengan tim pemenangan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa, 30 Oktober 2018, dalam pidatonya Prabowo membahas soal kesejahteraan rakyat yang menjadi agenda besar timnya. Adapun salah satu sub topiknya mengenai peningkatan kapasitas produksi, terkait adanya penurunan kesejahteraan di desa sebagaimana data yang mereka miliki.

Nah, dalam pidato di hadapan tim pemenangan itulah Prabowo keseleo lidah. Ia melontarkan istilah "tampang Boyolali". "Dan saya yakin kalian nggak pernah masuk hotel-hotel tersebut, betul?,” kata Prabowo, yang diamini hadirin  acara tersebut. “Mungkin kalian diusir, tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini," kata Prabowo lagi.

Sontak video berisikan pernyataan Prabowo itu viral dan menjadi perbincangan publik. Sejumlah warga Boyolali merasa tersinggung. Di facebook, mereka mengunggah status dan foto yang mengecam pernyataan Prabowo itu. Di Jakarta, seorang pria kelahiran Boyolali bernama Dakun melaporkan Prabowo ke Polda Metro Jaya. Dia mengatakan, ucapan Prabowo telah menyinggung warga Boyolali. "Saya asli dari Boyolali. Kami merasa tersinggung dengan ucapan Prabowo bahwa masyarakat Boyolali itu kalau masuk mal atau masuk hotel itu diusir karena tampangnya itu tampang Boyolali," kata Dakun.

Bahkan, Ahad, 4 November 2018, ribuan warga Boyolali turun ke jalan menyatakan kekecewaannya. Tak kurang dari Bupati Boyolali Seno Samodro hingga Ketua DPRD Boyolali S Paryanto, juga ikut serta dalam aksi yang berpusat di Balai Sidang Mahesa, Boyolali, itu. "Saya tegaskan, karena ini Forum Boyolali Bermartabat, tidak usah menjelek-jelekkan Prabowo. Kita sepakat tidak akan memilih calon presiden yang nyinyir terhadap Boyolali. Setuju?" kata Bupati Seno Samodro dalam orasinya di depan ribuan warga Boyolali. Sementara, warga yang berdemo tersebut juga meminta agar Prabowo meminta maaf atas pernyataannya tersebut.

Aksi Boyolali Bermartabat, Ahad, 4 November 2018. [tagar.id]
Toh, sampai di situ, pihak Prabowo bergeming. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menolak meminta maaf. Alasan mereka, sebagaimana disampaikan juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Sriyanto Saputro, tak ada kesalahan atas ucapan Prabowo dalam pidato yang juga menandai pembukaan posko relawan Prabowo-Sandi di Boyolali itu.

"Menurut saya (minta maaf itu) terlalu jauh. Apa yang disampaikan Pak Prabowo itu di forum internal para pendukung, para relawan, termasuk partai koalisi. Tidak ada satu pun yang datang itu tersinggung," ujar Sriyanto, dalam keterangan pers di Solo, Ahad, 4 November 2018.

Tak hanya itu. Senin, 5 November 2018, atas nama Advokat Pendukung Prabowo Subianto, Hanfi Fajri melaporkan keterlibatan Bupati Seno dalam aksi Boyolali Bermartabat itu. Menurut Hanji, unjuk rasa itu diduga melibatkan sejumlah aparatur sipil negara (ASN) atau pegawan negeri sipil (PNS). Dan itu, menurut dia, tak lepas dari peran dan posisi Seno sebagai kepala daerah. “Menurut Pasal 282 junto Pasal 547 UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu, karena bupati ini pejabat Negara, seharusnya ia bersikap netral,” kata Hanfi.

Selain ke Bawaslu, pihak Hanfi juga melaporkan Seno ke Bareskrim Polri. Kali ini diwakili Ahmad Iskandar.

Menurut Ahmad, dalam aksi yang dilaksanakan di kota penghasil susu tersebut, Seno telah memaki calon presiden nomor urut 2 tersebut. “Kami telah meneliti bukti-bukti yang ada secara teliti,” kata Ahmad, menegaskan kehati-hatian pihaknya.

Ia menilai ucapan Seno tersebut patut diduga sebagai sebuah tindak kejahatan. "Kehadiran Bupati Boyolali di demo yang mengatasnamakan masyarakat tersebut sesuai fakta, data, dan rekaman video yang ada maka diketahui ia sempat berpidato yang pada pokoknya tidak pantas," kata Ahmad.

Dia menerangkan, ucapan Seno itu dapat dikategorikan sebagai sebuah permusuhan, kebencian, atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan. Bahkan, lanjutnya, ucapan kepala daerah yang merupakan kader PDI Perjuangan itu dapat dinilai bertujuan untuk menimbulkan keonaran di tengah masyarakat secara sengaja."(Sengaja menerbitkan keonaran) karena yang dituju dalam pernyataan tersebut adalah seorang calon presiden yang juga memiliki pendukung di kalangan rakyat," kata Ahmad.

Sementara, Prabowo sendiri mengaku bingung dengan reaksi yang ada. "Saya baru keliling kabupaten-kabupaten di Jateng dan Jatim. Mungkin Saudara monitor. Saya juga bingung, kalau saya bercanda dipersoalkan. Kalau saya begini dipersoalkan, begitu dipersoalkan," ujar Prabowo kala menghadiri deklarasi dukungan Komando Ulama Pemenangan Prabowo Sandiaga (Kopassandi), di Lapangan Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Ahad, 4 November 2018.

Dan kini, Prabowo telah meminta maaf. Akankah warga Boyolali memaafkannya? Entahlah. Yang pasti, sikap Prabowo itu dinilai positif oleh kubu petahana. “Begitulah seharusnya seorang pemimpin itu. Harus mengakui kekeliruannya jika memang salah dalam menyampaikan sesuatu," kata Ace Hasan Syadzily, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin. "Permohonan maafnya ditunjukkan langsung kepada warga Boyolali karena mereka yang merasakan," kata Ace lagi.

Politikus Golkar itu berharap Prabowo dapat memetik pelajaran atas peristiwa tersebut. Prabowo, sebut Ace, harus lebih berhati-hati dalam bertutur kata.
"Kejadian dengan melontarkan kata-kata yang tidak semestinya tidak boleh terulangi kembali. Seorang pemimpin itu harus mampu mengendalikan tutur katanya," ujar Ace.

Prabowo didampingi Sandiaga Uno kala meminta maaf terkait kasus kebohongan Ratna Sarumpaet, 3 Oktober 2018. [alinea.id]

Apapun, permintaan maaf Prabowo ini adalah kali ke dua setelah 3 Oktober lalu melontarkan hal serupa. Kali itu, terkait pengakuan Ratna Sarumpaet yang belakangan diduga kuat sebagai hoax tersebut. "Di depan rakyat Indonesia saya minta maaf, saya merasa tidak berbuat salah. Saya akui saya grasa-grusu, tapi yasudah kita baru belajar, tim saya juga baru. Tapi tidak ada alasan, salah akui salah," kata Prabowo ketika itu.

Sunan Makbullah
Dari berbagai sumber



Axact

Reksanews

Mengajak setiap pembelajar untuk bersama-sama mempraktikkan jurnalisme yang baik.Tak sekadar teori

Post A Comment:

0 comments: