Seorang petani di Barito Utara, Kalimantan Tengah, sedang menyadap karetnya yang tengah terendam luapan Sungai Barito, 2017. [jurnaskalteng] |
Bukan karena kantornya digeledah KPK yang membuat Rawing Rambang meminta kebijakan dari pemerintah Joko Widodo. Melainkan, harga karet yang terus meluncur.
Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) itu berharap, pemerintah pusat membeli karet rakyat di wilayahnya, namun dengan harga yang lebih tinggi dari saat ini.
"Saat ini di Sumatera Selatan sedang mempersiapkan karet yang nantinya dibeli pemerintah untuk pencampuran aspal. Kenapa kebijakan ini tak juga diterapkan kepada Kalteng?" ujar Rawing, Juma't, 30 November 2018.
Rawing menyebut, perkiraan harga jual karet di Sumatera Selatan juga lumayan -- sekitar Rp 10.800 per kilo. "Kita harapkan kebijakan seperti ini juga berlaku untuk masyarakat petani karet di Kalteng," tandas Rawing, yang mengaku telah mengumpulkan karet masyarakat Kalteng dan akan menawarkannya kepada Pemerintah Pusat untuk dibeli.
Sikap Rawing itu, rupanya, berbeda dengan apa yang ia lakukan terhadap petani kelapa sawit. Untuk komoditi yang satu ini, ia malah meminta para petani untuk bersabar.
Ia meyakini harga sawit di Bumi Tambun Bungai itu akan kembali naik. Lagipula, sudah menjadi watak bisnis yang satu ini mengalami naik turun. "Ketika musimnya, harga pasti turun. Tapi, setelah itu 'kan pasti naik lagi?" kata Rawing.
Rawing menuturkan, selain tersebab melimpahnya stok, turunnya harga sawit juga disebabkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok (dan India) yang juga sedang "tidak normal". Terkait peperangan dagang mereka dengan Amerika. "Sehingga berimbas pada penjualan sawit di Kalteng. Cina yang selama ini menjadi pembeli sawit Kalteng terbesar, mengurangi impornya," kata dia.
Dia juga menyebut, saat ini harga sawit sudah berangsur-angsur membaik dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. "Saya lihat sekarang ini ada kenaikan sekitar 1,6 persen di pasar internasional dan kita yakin harga sawit bisa kembali normal seperti semula," kata dia.
Karenanya, dia meminta petani sawit Kalteng bersabar.
Apapun, yang meminta pemerintah turun tangan menyelamatkan harga komoditas perkebunan rakyat tak hanya Rawing. Sebelummnya, di Kalteng, ada pula Anggota Komisi III DPRD Kotawaringin Timur, Sarjono, yang bersuara senada.
Mirip dengan Rawing yang meminta kebijakan pemerintah pusat, ia mendorong pemkab untuk hadir memberikan solusi atas anjloknya harga komoditas perkebunan rakyat. "Tak hanya sawit dan karet. Rotan pun anjlok," kata Sarjono.
Salah satu sarannya: Memberikan dukungan kepada BUMD untuk bergerak di sektor pengolahan sawit. Atau mencari pihak ketiga untuk membeli hasil karet maupun rotan. "Sawit, misalnya, pemkab bisa membangun pabrik mini untuk menampung hasil perkebunan warga," kata Sarjono, pertengahan bulan lalu.
"Saatnya pemerintah hadir, karena ini dampaknya sangat luar biasa. Kasihan masyarakat. Kemana mereka minta solusi kalau tidak dengan pemerintah?" tandas dia ketika itu.(borneonews)
Post A Comment:
0 comments: