Kuda liar yang kelaparan di Taman Nasional Barmah, Victoria. [supplied] |
"Lemah, kurang gizi dan kemudian ditembak mati." Demikian Kimberley Caines mengawali laporannya di situs nine dot com. Dan meledaklah berita itu. Hampir sepekan kemudian, abc pun menurunkan berita tentang bencana di Taman Nasional Barmah, Victoria, itu:
Lebih dari 50 ekor kuda liar dibiarkan kelaparan di timur laut Taman Nasional Barmah di negara bagian Victoria, Australia. "Banjir dan kekeringan menghancurkan sumber makanan mereka," kata mereka.
Situs itupun, mengutip Kelompok Pelestarian Kuda Liar Barmah -- pihak yang selama enam bulan terakhir ini gencar mengisahkan nasib kuda-kuda liar yang ada di Taman Nasional itu. Mereka mengklaim sekitar 90 persen dari taman seluas 28 hektar itu telah tergenang banjir. Dan kuda-kuda itu, termasuk sejumlah hewan lalnnya, terpaksa menghindar kawasan banjir tersebut.
Cilakanya, kawasan pengungsian mereka justru minim makanan dan air. Tragedi pun terjadi. Kelaparan dan kematian pun tak terelakkan. Beberapa memang berhasil menerabas keluar kawasan Taman Nasional. Namun, tak semuanya bisa selamat.
Beberapa tertabrak para pengendara yang tidak berperikebinatangan, lainnya menghadapi kenyataan yang tak kalah buruknya: Tak selamanya, kawasan tempat pengungsian itu siap sedia dengan makanan dan air yang mereka butuhkan. Maklum, untuk memberikan ransum yang memadai, dibutuhkan biaya yang lumayan. Terutama, bila itu dalam jumlah yang cukup banyak.
Kuda-kuda liar yang menjarah lahan pribadi di luar di Taman Nasional Barmah, Victoria. [via countrynews] |
"Kondisi yang dialami kuda liar ini pada dasarnya adalah areal tanpa makanan sama sekali, tidak ada rumput, tanah kosong," kata Murray Willaton, presiden Kelompok Pelestarian Kuda Liar Barmah.
"Masalah yang kami hadapi adalah bahwa otoriotas Taman Victoria (Victoria Parks) sudah mengetahui kondisi ini sejak lama dan gagal meresponnya, sehingga hewan-hewan itu harus melalui satu bulan yang kejam di mana mereka tidak bisa mendapatkan pakan apa pun.
"Cukup banyak dari mereka kini kurus kering nyaris tinggal kerangka saja, mereka sangat lemah dan dalam dua minggu terakhir mereka tak mampu berdiri lagi.
"Kesalahan pengurusan taman dan kuda-kuda telah menempatkan kuda-kuda tersebut dalam posisi ini," tandas Murray.
Dan ia memperkirakan antara 50 dan 100 kuda telah disuntik atau ditembak mati dalam sebulan terakhir ini. Walaupun, ia belum dapat mengkonfirmasi angka-angka ini kepada pihak Parks Victoria -- badan berwenang terhadap Taman Nasional Barmah.
Alih-alih mendapat konfirmasi yang jelas, Murray malah melihat sikap berwenang yang nyaris acuh tak acuh itu. "Ada beberapa kuda yang ada di luar sana yang masih dalam kondisi bagus," kata Murray. "Jawaban Parks Victoria adalah membiarkan kuda-kuda itu menderita selama dua hingga tiga minggu sampai mereka berada dalam kondisi yang buruk di mana mereka kemudian harus menyuntik mati satwa itu," tandasnya.
Dan alih-alih mengatasi masalah secara baik dan benar, setidaknya sebagaimana dikehendaki Murray dan kawan-kawan, pihak berwenang malah menyerahkan kondisi itu kepada relawan yang dipimpin Murray: Kelompok Pelestarian Kuda Liar Barmah.
Kondisi mutaklhir Taman Nasional Barmah, Victoria. [supplied] |
Sementara, selain persoalan dana, mereka tak diizinkan memberi makan kuda-kuda yang ada di dalam taman nasional. Padahal, menurut Murray, inilah yang diperlukan hewan-hewan tersebut. "Mereka butuh pakan dan air," kata dia.
Walhasil, Murray dan warga sekitar Barmah lainnya, membiarkan kuda-kuda itu keluar dari Taman Nasional. Memasuki lahan-lahan pribadi. "Di tempat-tempat itulah, seizin pemilik lahan, kami memberi mereka makan mereka tiga kali seminggu," kata anggota kelompok pelestarian Kaye Moor. "Kami setidaknya harus menyiapkan ransum untuk 60 ekor kuda setiap pekannya. Sepanjang waktu selalu saja ada kuda yang datang ke tempat-tempat itu. Karena mereka tahu, di dalam sana tak ada makanan dan air,"
Dan upaya itu pun tak selamanya membuahkan hasil yang memuaskan. "Situasinya menjadi sangat mengerikan sehingga beberapa kuda harus diasingkan. Kami harus menyuntik mati cukup banyak kuda," kata Murray. "Berjalanlah ke gurun sana, Anda akan dapatkan banyak bangkai kuda yang mati kelaparan dan kehausan," kata Murray, menandaskan gawatnya situasi yang ada.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Parks Victoria mengatakan skala masalah terlalu besar hanya untuk diselesaikan dengan menambah pasokan pakan. "Pasokan air dalam volume besar yang turun baru-baru ini di Sungai Murray telah meluap di Barmah Choke dan menyebabkan banjir besar di taman itu," kata pernyataan itu.
"Respon yang kami lakukan, selain melakukan patroli, juga menanggapi laporan publik dan menyuntik mati kuda yang kelaparan," tambah pernyataan tersebut. Dan itu tak sembarangan. "Kami melakukannya dalam protokol yang ketat," kata pihak Parks Victoria.
Departemen itu juga menyatakan, sebagaimana berlaku terhadap semua orang, undang-undang melarang mereka memberi makan kepada hewan-hewan yang ada di Taman Nasional itu.
Rupanya, kepatuhan terhadap hukum membuat mereka tak mampu melihat dan merasakan sebagaimana yang menimpa Murray dan kawan-kawan. Bahkan, ketika ditanya apakah Parks Victoria dapat menangani situasi itu dengan lebih baik, juru bicaranya malah memberi jawaban yang kurang memuaskan. "Selama dua tahun terakhir ini Parks Victoria telah berkonsultasi dengan masyarakat dan organisasi terkait untuk mengembangkan pendekatan untuk mengelola jumlah kuda dan dampaknya di Taman Nasional Barmah," kata dia. Masuk akal bila Murray tak henti berteriak-teriak di sejumlah media. (abc, nine dot com, dan riverineherald )
Post A Comment:
0 comments: