Buah pala. [via rakyatmaluku]
Pala produksi Sulawesi Utara menemukan pangsa pasar baru. Pembeli asal Arab Saudi meminati komoditas pala yang selama ini menjadi andalan ekspor provinsi itu ke mancanegara.

“Kami telah mempertemukan pembeli dan penjual,” kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut, Darwin Muksin, di Manado, Jum'at, 16 November 2018.

Darwin mengatakan, untuk selanjutnya memang diserahkan kepada pembeli dan penjual, namun tetap pemerintah siap memfasilitasinya. Namun, ia tidak menyebutkan berapa potensi pala yang bisa diekspor ke Arab Saudi.

Ia menjelaskan, memang kadang ada kendala masalah harga yang mungkin masih lebih tinggi untuk komoditas pala Sulut dibandingkan daerah lain. Namun, kualitas pala asal Sulut, khususnya dari Kabupaten Kepulauan Sitaro, sangat baik dan telah diakui oleh pasar dunia, khususnya Amerika dan Eropa.

“Saat ini pala asal Sulut paling banyak diekspor ke negara-negara bagian Eropa,” kata dia.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor golongan kopi, teh, dan rempah-rempah Sulut pada Januari—September 2018 mencapai 31,43 juta dolar AS. Pada Januari—September 2017, ekspor golongan barang tersebut mencapai 35,4 juta dolar AS.

Secara nasional, mengutip data UN Comtrade, diketahui Indonesia lebih banyak mengekspor pala utuh (HS Code 090811) ketimbang produk turunannya berupa pala bubuk (HS Code 090812). Pada 2016, total ekspor pala utuh ke dunia mencapai 9.715,7 ton dengan nilai sebesar 42,8 juta dolar AS.

“Vietnam menjadi pasar terbesar dengan volume 5.498,6 ton dan nilai US$13,52 juta. Disusul Belanda dengan volume 713 ton dan nilai 6,71 juta dolar AS. Tujuan ekspor terbesar ketiga adalah Amerika Serikat, yakni 760 ton dengan nilai 5,31 juta dolar AS,” kata Darwin.

Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian yang dimuat dalam Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Pala 2015—2017, Sulut  merupakan salah satu sentra pala di Sulawesi. Produksinya pada 2016 sebesar 4.321 ton, dengan Kepulauan Sangihe dan Talaud menjadi dua sentra utama. Produksi masing-masing sentra tersebut mencapai 1.636 ton dan 1.456 ton.

“Masih dari data yang sama, produksi pala nusantara mencapai 34.408 ton pada 2016. Pada tahun sebelumnya, produksi pala sebesar 33.711 ton,” sebut Darwin.

Maluku dan Papua menjadi sentra utama penghasil pala. Pada 2016, produksinya sebesar 12.558 ton, disusul Sumatra sebesar 10.065 ton, Sulawesi 5.626 tonm dan Jawa 1.265 ton. Sisanya dihasilkan oleh wilayah lainnya. (republika)
Axact

Reksanews

Mengajak setiap pembelajar untuk bersama-sama mempraktikkan jurnalisme yang baik.Tak sekadar teori

Post A Comment:

0 comments: